Kamis, 01 November 2018

Perkembangan Kesenian Jaranan.


Sejarah kelam memang pernah menimpa kesenian jaranan. Kesenian ini dilarang tampil oleh pemerintah orde baru pada saat seusai pemberontakan PKI. Hal ini dikarenakan adanya isu yang menyatakan bahwa para seniman pelaku jaranan terlibat dalam organisasi internal PKI, padahal saat itu PKI dianggap sebagai musuh dan pengkhianat negara. Banyak diantara seniman jaranan yang ditangkat dan menjadi tahanan politik di masa itu. Beberapa diantaranya dibuang ke pulau buru. Akan tetapi kini kesenian ini sudah bebas dipentaskan. Bahkan departemen pariwisata dan industri kreatif memberikan apresiasi yang baik.
     Saat ini, gerakan penari jaranan juga semakin bervariasi. Pakem yang ditetapkan oleh jaranan Wijaya Putra sebagai perintis adalah 24 gerakan, namun saat ini ada yang menggunakan 14 gerakan pakem Joyoboyo. Namun yang paling sedikit gerakannya adalah pakem gerakan ronggolawe yang hanya 5-6 gerakan saja. Ada pula jaranan buto yang merupakan variasi kesenian jaranan dari daerah Banyuwangi. Menikmati tontonan ini memang menngasyikkan, membuat kita bisa ikut bergoyang-goyang melihat gerakan penari yang lincah dan memutar-mutar kuda kepang tersebut. Dengan alunan musik yang rancak ditambah aksesori pakaian penari yang indah, ditambah dengan pecut yang sering dihentakkan dan menimbulkan bunyi-bunyian.
Pada perkembangan selanjutnya, tari Jaranan ini masih tetap hidup dan dilestarikan di beberapa daerah di Jawa Timur. Salah satunya adalah kabupaten Kediri yang menjadikan Tari Jaranan ini sebagai icon kebanggan mereka. Tarian ini masih dilestarikan dan dikembangkan oleh beberapa sanggar seni yang ada disana. Setiap sanggar memiliki ciri khas dan pakem tersendiri dalam penampilannya, hal ini lah yang menjadikan Tari Jaranan ini kaya akan nilai seni. Tari Jaranan ini juga selalu tampil memeriahkan berbagai acara seperti pernikahan, sunatan, penyambutan tamu besar, festival budaya dan lain – lain. Kecintaan masyarakat terhadap kesenian ini yang membuat kesenian ini tetap hidup sampai sekarang.

15 Properti Tari Kuda Lumping Lengkap dengan Gambar

SENI


Properti Tari Kuda Lumping yang mudah dikenali adalah anyaman bambu yang berbentuk kuda yang disebut Jaranan. Seiring berkembangnya jaman, Jaranan yang terbuat dari bambu mulai diganti dengan Jaranan yang terbuat dari bahan plastik karena dianggap lebih awet.
Properti Tari Kuda Lumping yang digunakan dalam pementasan tak hanya Jaranan, sejumlah properti lainnya pun dibutuhkan seperti kacamata, baju atasan, celana panjang, penutup kepala, cemeti dan sampur. Seni tari Kuda lumping sendiri berasal dari Jawa, menyimbolkan dan merefleksikan semangat perjuangan pasukan berkuda saat berjuang di medan laga. Karena itu properti utama kuda lumping adalah Jaranan ( Kuda Bohongan ). Selain menampilkan tarian, kuda lumping juga menampilkan atraksi ekstrem yang menghibur. Dalam sebuah pementasan tari tradisional kuda lumping, selalu terbagi dalam 4 buah babak tarian yakni, 2 kali pementasan Tari Buto Lawas, dilanjutkan dengan tari Senterewe, dan diakhiri dengan tari Begon Putri. Kuda lumping sendiri memiliki beberapa nama berbeda di sejumlah wilayah seperti Jaranan sentherewe di wilayah Tulungagung, Jaranan Turonggo Yakso di wilayah Trenggalek, Jaranan Buto di wilayah banyuwangi dan Jathilan Di wilayah Yogya. Yuk simak properti apa saja yang dikenakan oleh penari tari kuda lumping.


1) Anyaman Kuda

15 Properti Tari Kuda Lumping Lengkap dengan Gambar
Anyaman Kuda
Anyaman Kuda yang biasa digunakan terbuat dari anyaman Bambu, namun tak jarang, untuk menghemat pengeluaran, paguyuban tari kuda lumping menggunakan imitasi yang dibuat dari bahan plastik karena lebih awet dan tahan lama.


2) Baju Atasan

Baju atasan penari kuda lumping memiliki bentuk beragam, yang paling utama adalah bentuk kemeja dan bentuk kaos yang melekat pada tubuh penari kuda lumping. Baju atasan ini nantinya akan ditutupi rompi dan Apok.Umumnya baju atasan yang dikenakan berwarna cerah.


3) Celana Panjang Di Atas Mata Kaki

Celana panjang merupakan properti kuda lumping yang dikenakan penari untuk menutupi bagian bawahnya. Di atas celana panjang pada bagian pinggul biasanya di dobel dengan kain selendang bercorak batik. Pemilihan celana panjang diatas mata kaki, bertujuan untuk memudahkan gerak penari kuda lumping saat melakukan aksinya.


4) Kaos kaki Panjang

Kaos kaki Panjang
Meski tidak semua paguyuban kuda lumping menggunakan properti yang satu ini, namun tak jarang penari yang menggunakan kaos kaki panjang saat naik pentas. Kaos kaki ini biasanya berfungsi untuk melindungi kaki dari benda berbahaya dan menjadi hiasanya untuk menutup bagian kaki.


5) Gelang Hias

Penari kuda lumping mengenakan gelang hias yang memiliki corak dan warna keemasan pada kedua pergelangan tangannya. Gelang ini juga terdapat pada penari wanita.


6) Sesumping

Sesumping adalah hiasan yang digunakan di telinga penari kuda lumping, hiasan telinga ini mirip dengan yang digunakan pemain wayang orang. Warna yang digunakan adalah emas yang memantulkan cahaya. Bahan yang digunakan sebagai sesumping adalah bahan kaku.


7) Apok

Apok adalah properti yang digunakan di bagian dada penari kuda lumping, dikenakan setelah mengenakan rompi. Apok memiliki kegunaan sebagai penutup bagian dada atas penari kuda lumping. Ada beberapa paguyuban kuda lumping yang menampilkan penari pria tanpa pakaian atas dengan hanya mengenakan apok dan rompi. Hal tersebut dianggap menyimbolkan kegagahan dan keperkasaan penari pria.


8) Rompi


Rompi biasanya dikenakan oleh penari kuda lumping wanita. Rompi dalam tarian kuda lumping memiliki ragam hias sesuai dengan daerah paguyuban Tari Kuda lumping. Pada umumnya antar paguyuban kuda lumping memiliki motof dan corak yang berbeda satu sama lain.


9) Tutup Kepala

Tutup kepala digunakan oleh penari wanita sebagai simbol penghormatan dan simbol pelindung kepala saat prajurit wanita pergi ke medan pertarungan sebagai prajurit berkuda.


10) Sabuk Hias

Sabuk Hias digunakan untuk mengikat dan mengencangkan pakaian penari kuda lumping, selain berfungsi sebagai pengikat, sabuk ini juga berfungsi sebagai hiasan. Warna sabuk menyesuaikan dengan keseluruhan warna kostum yang dikenakan, umumnya sabuk yang digunakan berwarna hitam.


11) Selendang

Selendang diikatkan di bagian pinggang penari kuda lumping. Selendang ini memiliki pola batik sesuai dari daerah masing masing. Kuda Lumping dapat ditemukan di beberapa daerah di pantura, tiap daerah memiliki ciri khasnya masing masing yang nampak dalam penggunaan warna, pola dan corak kostum yang dikenakan.


12) Kacamata Hitam

Kacamata hitam digunakan sebagai penutup mata, agar bola mata penari kuda lumping tidak terlihat oleh penonton. Penggunaan kacamata hitam ini tidak diadopsi oleh semua paguyuban seni tari kuda lumping.


13) Ikat kepala

Ikat kepala digunakan melingkar di kepala dari dahi memutar hingga ke belakang kepala. Corak atau warna yang digunakan sebagai ikat kepala menyesuaikan dengan warna kostum yang akan digunakan. Jika terdapat dua kelompok penari kuda lumping, maka masing masing kelompok akan menggunakan warna ikat kepala yang berbeda antar satu kelompok dengan kelompok yang lain.


14) Cambuk/Cemeti

Cambuk atau cemeti yang digunakan dalam properti kuda lumping sebagian besar adalah imitasi kecuali satu atau dua cemeti dengan ukuran panjang tak biasa yang nantinya digunakan sebagai bagian dari pertunjukkan. Cemeti yang digunakan sebagai bagian dari pertunjukkan adalah cemeti khusus yang memiliki panjang minimal 2 meter, nantinya seorang penari akan memainkan cemeti ini dihadapan penonton hingga mengeluarkan bunyi cemetar yang nyaring.


15) Parang Imitasi

Parang Imitasi digunakan sebagai simbol senjata dan perlawanan terhadap musuh. Parang imitasi ini biasanya dibuat dari kayu yang di warnai sedemikian rupa hingga menyerupai parang sebenarnya. Saat menari, penari Kuda lumping akan mengacung acungkan parang ke udara layaknya prajurit perang yang akan berhadapan dengan lawan.

Demikianlah ulasan 15 properti tari kuda lumping. Semoga bermanfaat.


Pertunjukan Kesenian Jaranan.

Dalam pertunjukannya, Tari Jaranan ini dilakukan oleh sekelompok penari dengan pakaian prajurit dan menunggangi kuda kepang. Sambil menunggangi kuda tersebut mereka menari dengan gerakan yang dinamis dan selaras dengan music pengiringnya. Selain menari mereka juga memainkan kuda kepang dengan gerakan yang variatif. Dalam pertunjukan Tari Jaranan ini juga diiringi oleh berbagai music gamelan seperti kenong, kendang, gong dan lain - lain. Dalam pertunjukan Tari Jaranan ini sangat kental akan kesan magis dan nilai spiritualnya. Sehingga tidak jarang pada saat pertunjukan para penari mengalami trance atau kesurupan. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan masyarakat jawa pada jaman dahulu akan roh – roh para leluhur. Sehingga masyarakat menjadikan Tari Jaranan ini sebagai alat komunikasi dengan leluhur mereka.
Dalam Tari Jaranan ini juga terdapat seorang pawang atau yang sering di sebut dengan Gambuh. Gambuh disini bertugas untuk melakukan ritual, berkomunikasi dengan leluhur dan menyembuhkan penari yang kesurupan. Pada saat pertunjukan, sang gambuh membacakan mantra dan memanggil roh leluhur untuk memasuki raga sang penari. Setelah roh tersebut masuk ke raga sang penari maka penari akan menari tanpa sadarkan diri, karena raga sang penari sudah dikendalikan oleh roh yang memasukinya. Mereka akan menari sambil melakukan berbagai atraksi seperti makan kembang, makan pecahan kaca dan lain - lain. Tanpa merasa sakit mereka melakukan atraksi sambil menari didampingi sang Gambuh. Hal ini lah yang menjadi keunikan dari jaranan. Selain sebagai acara hiburan, tarian ini juga sebagai ritual dan penghormatan terhadap leluhur mereka.

pengertian sejarah jaranan

Tari jaranan

Tari jaranan merupakan kesenian yang memiliki asal beragam dan sejarah yang cukup panjang. Kesenian ini lahir saat kerajaan kuno Jawa Timur berdiri sehingga dapat dikatakan bahwa kesenian ini adalah tradisi leluhur dari masyarakat Jawa Timur. Di era modern ini masih ada masyarakat yang melestarikan kesenian daerah yang sudah berumur ratusan tahun untuk mengingat sejarah dan asal usul kita. Kita patut berbangga tentang hal ini, saat banyak orang lain melupakan kesenian ini, kita masih berkesempatan mengenalnya.

Tari Jaranan adalah kesenian tari tradisional yang dimainkan oleh para penari dengan menaiki kuda tiruan yang tebuat dari anyaman bambu. Selain kaya akan nilai seni dan budaya, tarian ini juga sangat kental akan kesan magis dan nilai spiritual. Tari Jaranan ini merupakan kesenian yang sangat terkenal di Jawa Timur, di beberapa daerah di Jawa Timur kesenian jaranan ini masih tetap hidup dan di lestarikan. Salah satunya adalah kabupaten Kediri yang menjadikan tarian ini sebagai tarian khas di sana.
Kesenian jaranan adalah suatu seni tari yang menggunakan instrumen berupa anyaman bambu atau daun pandan yang dibentuk sedemikian rupa hingga mirip seperti kuda. Tarian jaranan ini populer di daerah Jawa bagian timur, mulai dari Ponorogo, Kediri, Tulungagung, Nganjuk, Malang bahkan sampai Banyuwangi. Beberapa diantaranya memang mirip, namun tentu saja masih ada beberapa perbedaan.

Selasa, 30 Oktober 2018

SEJARAH KESENIAN TARI JARANAN

Sejarah Asal Kesenian Tari Jaranan.


Seni Jaranan itu mulai muncul sejak abad ke 10 Hijriah. Tepatnya pada tahun 1041. atau bersamaan dengan kerajaan Kahuripan dibagi menjadi 2 yaitu bagian timur Kerajaan Jenggala dengan ibukota Kahuripan dan sebelah Barat Kerajaan Panjalu atau Kediri dengan Ibukota Dhahapura.
Sejarah tentang Tari Jaranan ini memiliki beberapa versi cerita yang berbeda. Menurut salah satu cerita legenda yang berkembang di masyarakat, tarian ini menceritakan tentang pernikahan Klono Sewandono dengan Dewi Songgo Langit. Dan penari berkuda pada Tari Jaranan ini menggambarkan tentang rombongan prajurit yang mengiringi boyongan Dewi Songgo Langit dan Klono Sewandono dari Kediri menuju wangker. Tari Jaranan ini merupakan warisan nenek moyang yang masih tetap ada dan berkembang hingga sekarang.
Raja Airlangga memiliki seorang putri yang bernama Dewi Sangga Langit. Dia adalah orang kediri yang sangat cantik. Pada waktu banyak sekali yang melamar, maka dia mengadakan sayembara. Pelamar-pelamar Dewi Songgo Langit semuanya sakti. Mereka sama-sama memiliki kekuatan yang tinggi. Dewi Songgo Langit sebenarnya tidak mau menikah dan dia Ingin menjadi petapa saja. Prabu Airlangga memaksa Dewi Songgo Langit Untuk menikah. Akhirnya dia mau menikah dengan satu permintaan. Barang siapa yang bisa membuat kesenian yang belum ada di Pulau Jawa dia mau menjadi suaminya.
Ada beberapa orang yang ingin melamar Dewi Songgo Langit. Diantaranya adalah Klono Sewandono dari Wengker, Toh Bagus Utusan Singo Barong Dari Blitar, kalawraha seorang adipati dari pesisir kidul, dan 4 prajurit yang berasal dari Blitar. Para pelamar bersama-sama mengikuti sayembara yang diadakan oleh Dewi Songgo Langit. Mereka berangkat dari tempatnya masing-masing ke Kediri untuk melamar Dewi Songgo Langit.
Dari beberapa pelamar itu mereka bertemu dijalan dan bertengkar dahulu sebelum mengikuti sayembara di kediri. Dalam peperangan itu dimenangkan oleh Klana Sewandono atau Pujangganom. Dalam peperangan itu Pujangganom menang dan Singo Ludoyo kalah. Pada saat kekalahan Singo Ludoyo itu rupanya singo Ludoyo memiliki janji dengan Pujangganom. Singa Ludoyo meminta jangan dibunuh. Pujangganom rupanya menyepakati kesepakatan itu. Akan tetapi Pujangganom memiliki syarat yaitu Singo Barong harus mengiring temantenya dengan Dewi Sangga Langit ke Wengker.
Iring-iringan temanten itu harus diiringi oleh jaran-jaran dengan melewati bawah tanah dengan diiringi oleh alat musik yang berasal dari bambu dan besi. Pada zaman sekarang besi ini menjadi kenong. Dan bambu itu menjadi terompet dan jaranan.
Dalam perjalanan mengiringi temantenya Dewi Songgo Langit dengan Pujangganom itu, Singo Ludoyo beranggapan bahwa dirinya sudah sampai ke Wengker, tetapi ternyata dia masih sampai di Gunung Liman. Dia marah-marah pada waktu itu sehingga dia mengobrak-abrik Gunung Liman itu dan sekarang tempat itu menjadi Simoroto. Akhirnya sebelum dia sampai ke tanah Wengker dia kembali lagi ke Kediri. Dia keluar digua Selomangklung. Sekarang nama tempat itu adalah selomangkleng.
Karena Dewi Sonmggo Langit sudah diboyong ke Wengker oleh Puijangganom dan tidak mau menjadi raja di Kediri, maka kekuasaan Kahuripan diberikan kepada kedua adiknya yang bernama Lembu Amiluhut dan Lembu Amijaya. Setelah Sangga Langit diboyong oleh Pujangganom ke daerah Wengker Bantar Angin, Dewi Sangga Langit mengubah nama tempat itu menjadi Ponorogo Jaranan muncul di kediri itu hanya untuk menggambarkan boyongnya dewi Songgo langit dari kediri menuju Wengker Bantar Angin. Pada saat boyongan ke Wengker, Dewi Sangga Langit dan Klana Sewandana dikarak oleh Singo Barong. Pengarakan itu dilakukan dengan menerobos dari dalam tanah sambil berjoget. Alat musik yang dimainkan adalah berasal dari bambu dan besi. Pada zaman sekarang besi ini menjadi kenong.
Untuk mengenang sayembara yang diadakan oleh Dewi Songgo Langit dan Pernikahanya dengan Klana Sewandono atau Pujangga Anom inilah masyarakat kediri membuat kesenian jaranan. Sedangkan di Ponorogo Muncul Reog. Dua kesenian ini sebenarnya memiliki akar historis yang hampir sama. Seni jaranan ini diturunkan secara turun temurun hingga sekarang ini

Perkembangan Kesenian Jaranan. Sejarah kelam memang pernah menimpa kesenian jaranan. Kesenian ini dilarang tampil oleh pemerintah ord...